NATAL:
MENYINGKAP SANG TERANG DAN SANG RAHASIA
oleh Nasokhili Giawa
Salah satu buku
fenomenal yang terinspirasi dari surat-surat R.A. Kartini berjudul “Door Duisternis tot Licht, Gedachten van
R.A. Kartini” yang diterjemahkan oleh Armijn Pane ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku ini merupakan
kumpulan surat-surat R.A. Kartini kepada
sahabat-sahabatnya, terutama sahabat-sahabatnya di negeri Belanda. Sesungguhnya, buku ini merupakan catatan
kritis-argumentatif yang sarat dengan unek-unek dan termasuk sikap
sangat berani. Banyak pengamat literatur menyatakan
bahwa isi tulisan Kartini tersebut merupakan tulisan langka
perempuan Indonesia zaman dahulu. Sebuah
pemikiran spektakuler yang melampaui zaman sekaligus mencirikan seorang tokoh
besar (visioner) yang menginginkan kebebasan, pembebasan, kemajuan, dan kemandirian. Dia adalah tokoh perempuan yang berkarakter
khas, yang bercerita tidak hanya berbicara sebatas emansipasi wanita, tetapi
juga soal hidup, cinta, persahabatan, dan masa depan. Yang paling menarik dari sekian banyak catatan
dan kisah perjuangan Kartini untuk memperoleh
kemerdekaannya dan kemerdekaan kaumnya adalah soal hatinya yang telah
terterangi oleh cahaya terang. Salah satu isi suratnya kepada sahabatnya (Nona
E.H. Zeehandelaar, 12 Januari 1900) memuat tentang gagasan terang yang
bercahaya di dalam hatinya. Isi surat tersebut, berbunyi, "Aku
tiada hendak melihat, tetapi mataku tinggal terbeliak juga, dan pada kakiku
ternganga jurang yang dalam sedalam-dalamnya, tetapi bila aku menengadah,
melengkunglah langit yang hijau terang cuaca di atasku dan sinar matahari
keemasan bercumbu-cumbuan, bersenda gurau dengan awan putih bagai kapas itu;
maka dalam hatiku terbitlah cahaya terang kembali!”. Kemungkinan
besar penggalan isi surat ini menginspirasi penyusun dan penerjemah yang
kemudian diberi nama “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Terlepas dari pengamatan subjektif penulis, judul
buku ini sangat terkait dengan apa yang disaksikan oleh Alkitab terutama surat
rasul Paulus kepada jemaat di Korintus (II Korintus 4:6). Saya menduga, R.A.
Kartini telah membaca – paling tidak, mendengar – apa yang disaksikan oleh Alkitab.
R.A.
Kartini dan Kisah Natal
Bila menghubungkan ide dan
catatan kritis R.A. Kartini dengan kisah Natal, kita dapat menarik benang
merahnya yaitu kemerdekaan dan pemerdekaan hidup. Natal berkenaan dengan
kemerdekaan dan pemerdekaan dalam arti yang sesungguhnya. Merdeka dari belenggu
dan cengkraman dosa seutuhnya (tidak hanya bagian per bagian dari manusia atau
seperti yang diyakini oleh kaum dikotomis atau trikotomis). Natal adalah merdeka
dari tekanan dan kuatnya tarikan dosa. Merdeka dari keterbelakangan. Merdeka
dari kemiskinan fisikal, intelektual, sosial, dan juga spiritual. Merdeka dari
diskriminasi. Merdeka dari penjajahan
terselubung dan segala macam bentuk ketidakadilan lainnya.
Dalam konteks kasih
Allah, Natal berkenaan dengan belas kasihan Allah (compassion) kepada manusia. Sikap
dan tindakan altruis Allah telah terbukti dan nyata di dalam diri Yesus
Kristus. Kisah kehidupan orang Samaria yang baik hati yang dikisahkan dalam
Lukas 10 dapat merupakan salah satu rujukan bagi tindakan belas kasihan. Natal berkenaan dengan pengorbanan (sacrifice) yang memberi hidup tanpa
menuntut. Tanpa pamrih. Natal berkenaan dengan pembebasan/pemerdekaan (freedom). Karena itu, berkenaan dengan belas kasihan,
pengorbanan, dan pembebasan/pemerdekaan ini, dapat ditelusuri melalui surat
rasul Paulus kepada jemaat di Korintus secara khusus dalam II Korintus 4:1-12. Kebenaran ini memuat pesan, antara lain:
Pertama,
Yesus Kristus adalah sang Terang
Dalam II Korintus 4 ayat 6 menyatakan bahwa “Sebab Allah yang
telah berfirman “Dari dalam gelap akan terbit terang, Ia juga yang membuat
terang-Nya bercahaya di dalam hati kita ...”. Rasul Paulus sangat yakin bahwa
gelap telah lenyap karena keyakinannya kepada Kristus. Yesus adalah sang Terang
(Yunani: fos/fotos) yang bercahaya di
dalam hidupnya. Ketika ia membiarkan ajaran/teladan Kristus menguasai hidupnya,
maka ia mengalami pembaruan (transformasi hidup). Hal ini terbukti tatkala ia
menyampaikan kesaksiannya kepada jemaat di Filipi yang menyatakan, “Apa yang
dulu kuanggap rugi, sekarang kuanggap sampah (Yunani: skubala = kotoran)” (Filipi 3:8). Dalam banyak kesempatan, rasul Paulus menyebut
dan mengevaluasi perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Salah satu perubahan
setelah ia berjumpa dengan sang Terang adalah soal kecukupan. Kepada jemaat di
Filipi, ia bersaksi, “... Aku telah belajar mencukupkan diri
dalam segala keadaan ...” (Filipi 4:11-12). Kesaksian ini
merupakan kebenaran Allah yang bersifat universal yang layak ditiru oleh siapa
pun untuk menjawab tantangan zaman.
Fenomena yang sering mengemuka zaman ini adalah berkenaan
dengan ketidak-cukupan. Akibatnya, banyak orang melanggar hukum dan bahkan melabrak
hak hidup orang lain karena alasan ketidak-cukupan. Banyak yang mengambil hak
yang bukan haknya. Korupsi yang merajalela di mana-mana bahkan disebut
“berjemaah” merupakan produk dari nafsu rendah manusia yang merasa tidak berkecukupan.
Perceraian yang terjadi hampir di semua
kalangan adalah konsekuensi logis dari budaya ketidak-berkecukupan ini. Karena
itu, Yesus Kristus sang Terang itu menyapa dan menawarkan solusi kepada manusia
untuk mencukupkan diri. Jauh sebelum rasul Paulus menyaksikan tentang teori
kecukupan, Yesus Kristus telah mengajarkan kepada murid-murid-Nya sebagaimana
tertuang dalam Doa Bapa Kami bahwa yang diminta adalah yang “secukupnya”.
Selama manusia tidak merasa puas dan cukup, selama itu pula, ia terbelenggu
dalam dosa, pelanggaran, dan kegelapan dunia ini.
Kedua,
Yesus Kristus adalah Sang Rahasia yang telah Tersingkapkan
Dalam II Korintus 4 ayat 7-12 mengungkapkan rahasia bahwa Yesus
Kristus digambarkan sebagai harta dalam bejana tanah liat. Karena itu, ketika
berbicara tentang Natal, tidak sekadar merayakan sebagaimana lazimnya perayaan
ulang tahun, akan tetapi lebih dari itu, yaitu berkenaan dengan ucapan syukur.
Bersyukur karena Yesus Kristus telah hadir dan bersama-sama dengan manusia. Bersyukur
karena Yesus Kristus bergumul bersama manusia. Inilah rahasia nubuat yang telah
digenapkan. Dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 1:26 rasul Paulus menyatakan bahwa Yesus
Kristus adalah rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke
turunan. Dalam teks Yunani, Yesus Kristus disebut Musterion/Musterios yang telah disingkapkan oleh Allah sendiri. Dia,
dulu yang tersembunyi dan rahasia, sekarang telah disingkapkan. Karena itu, mensyukuri atau merayakan Natal
berarti mensyukuri hikmat dari Yesus Kristus sang Rahasia/Musterion yang telah disingkapkan bagi kemaslahatan manusia.
Selamat mensyukuri Natal.
0 komentar:
Posting Komentar