BAGAIMANAKAH KEPEMIMPINAN KRISTEN
ITU BERPROSES
Kepemimpinan adalah kenyataan yang tidak
dapat diabaikan karena kebutuhan semua orang.
Karena kepemimpinan merupakan kebutuhan semua orang dan bersifat urgen,
mau tidak mau – suka ataupun tidak suka, akan digiring untuk menetapkan sikap pada
dua pilihan yaitu: dipimpin atau memimpin.
Setiap orang memiliki peluang yang sama.
Tentu, dalam perspektif kepemimpinan mana pun, ada yang memimpin dan ada
yang dipimpin. Kualitas hubungan timbal
balik yang mutual antara pemimpin yang yang dipimpin (followers) ditentukan oleh sejauhmana memahami peran dan fungsi
masing-masing pihak.
Banyak definisi dan rumusan tentang kepemimpinan. Mulai dari definisi sederhana sampai pada
definisi kompleks. Pada prinsipnya,
semua definisi kepemimpinan manapun juga bermuara pada unsur pengaruh sehingga
kepemimpinan adalah hal mempengaruhi untuk sesuatu tujuan. Namun, jangan sampai
salah interpretasi – karena tidak semua pengaruh adalah kepemimpinan.
Alan E. Nelson dalam bukunya “
Spirituality
& Leadership” (Kerohanian dan Kepemimpinan) menyatakan bahwa
“Kepemimpinan adalah proses sosial di mana orang-orang mempengaruhi
individu-individu sehingga mereka dapat mengatur dan membantu orang-orang itu
mencapai apa yang tidak dapat dicapai kalau tidak demikian.”
Definisi ini menggarisbawahi tentang,
Pertama, kepemimpinan menggumuli
hubungan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Kedua,
kepemimpinan tidak begitu menekankan pada apa yang dicapai, tetapi pada
bagaimana hal itu dicapai. Upaya yang
dapat ditempuh untuk mencapai sasaran dapat melalui kinerja individu, proses
pengelolaan, atau sarana-sarana yang disiapkan dengan sengaja.
Ketiga,
tokoh sentral dalam kepemimpinan adalah pemimpin. Pemimpin adalah orang yang mampu melihat dan
mengemukakan visi, melakukan perubahan dengan cara menyelaraskan orang-orang
dengan sumber daya, dan mengatur orang-orang maupun sistem-sistem untuk
mencapai sasaran secara terintegrasi.
Percakapan tentang kepemimpinan tetap menjadi topik menarik dan tetap
relevan di sepanjang zaman dan waktu. Tentu,
topik ini sangat luas karena kajiannya kompleks. Saya ingin mendekatkan penalaran kita pada
bagaimana kepemimpinan Kristen dari sudut pandang praktis. Ada tiga unsur yang perlu dipertimbangkan sehubungan
dengan topik ini, Pertama, Siapakah
Pemimpin dalam Kepemimpinan Kristen itu?
Kedua, Bagaimana Karakter
Dasar bagi Kepemimpinan Kristen? Ketiga,
Bagaimana Kepemimpinan Kristen itu Berproses yang dirangkai dengan Konklusi.
I. Siapakah Pemimpin dalam Kepemimpinan Kristen
itu?
Ketika mendefinisikan tentang siapa pemimpin itu, tentu
banyak jawaban yang disertai dengan sejumlah alasan. Benny J. Iskandar dalam bukunya yang berjudul,
“
Management According to the Bible”
menyatakan bahwa pemimpin adalah “Seseorang yang mempunyai wewenang dan kuasa
dengan mengarahkan dan mempengaruhi secara
kreatif,
emosional, dan
rasional yang terbuka, kepada para pengikutnya untuk melakukan
kegiatan-kegiatan organisasi demi tercapainya sasaran, pengembangan organisasi
dan tujuan akhir di masa depan”.
Bagi Dr. Eka Darmaputera, pemimpin dalam
konteks teologis adalah TUHAN (huruf besar).
Ia memastikan bahwa “
God is the
Leader, not merely a leader.”
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa seluruh
konsep kepemimpinan Kristen bertumpu pada asas yang satu ini. Sebab kita hanya mempunyai SATU PEMIMPIN
saja, yaitu DIA, dan DIA-lah satu-satunya yang mutlak, maka yang lain pun
menjadi relatif, tidak ada yang mutlak.
Yang lain adalah pemimpin-pemimpin yang dalam huruf kecil. Artinya, yang menjadi pemimpin bukan oleh
karena otoritas yang berasal dari diri sendiri, melainkan dari Dia semata-mata. Paparan substantif ini, ditegaskan oleh
firman Allah bahwa “Tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah” (Roma
13:1).
Karena itu, bila pemimpin Kristen (yang
bersifat subordinatif terhadap Sang Pemimpin Agung) mendahulukan hak dan
wewenang, pada hakikatnya telah merampas apa yang sebenarnya menjadi hak
prerogatif Tuhan.
Secara filosofis, Dr. J. Robert Clinton mengemukakan
pendapatnya sebagaimana dikutip oleh Dr. Yakob Tomatala yang menyatakan bahwa
kepemimpinan ialah “suatu proses terencana yang dinamis melalui suatu periode
waktu dan situasi (suatu atau berbagai situasi) yang di dalamnya pemimpin
menggunakan: perilaku (pola/gaya) kepemimpinan yang khusus dan sarana serta
prasarana kepemimpinan/sumber-sumber untuk memimpin (menggerakkan/mempengaruhi)
bawahan (pengikut-pengikut) guna melaksanakan tugas/pekerjaan (menyelesaikan
tugas) ke arah (dalam upaya pencapaian tujuan) yang menguntungkan (membawa
keuntungan timbal balik) bagi pemimpin dan bawahan serta lingkungan sosial di
mana mereka ada/hidup.
”
Hal urgen dalam paparan Clinton adalah perencanaan yang dinamis di dalam proses
dan waktu dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Tanda utama sebagai seorang pemimpin Kristen, telah menyadari
bahwa ia terpanggil khusus berdasarkan kehendak Allah yang berdaulat. Karena itu, definisi pemimpin Kristen menurut
Dr. J. Robert Clinton dan diimpruvisasi oleh Dr. Yakob Tomatala menyatakan,
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai Pemimpin
(pilihan-Nya) yang ditandai oleh: kapasitas memimpin dan tanggung jawab
pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja) guna mencapai
tujuan-Nya bagi dan melalui kelompok ini.”
Definisi ini mengingatkan kita bahwa jangan
pernah menyatakan dan memproklamasikan diri sebagai seorang pemimpin bila tidak
memastikan tanda dari Sang PEMIMPIN Agung bahwa kita layak menjadi
pemimpin. Pemimpin yang layak memimpin
adalah mereka yang melakukan tugas dengan kualitas dari unit-unit terkecil yang
menghasilkan rekaman jejak (
track records)
yang membahana.
II. Bagaimana Karakter Dasar bagi Kepemimpinan
Kristen?
Yang mencirikan kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang
diwarnai dan dilandaskan oleh ajaran, nilai, dan prinsip-prinsip Kristen. Sehubungan dengan ciri khas dalam
kepemimpinan Kristen ini, Jonathan L. Parapak mengemukakan secara gamblang
bahwa “Pemimpinnya haruslah seorang Kristen dan itu berarti komitmen mengikut
Yesus Kristus dan meneladani kepemimpinan Yesus. Visinya adalah visi penyelamatan, visi
transformasi, visi pemeliharaan, visi kasih, visi pemberdayaan, dan visi
kekekalan. Strateginya adalah strategi
pemberdayaan, penyelamatan, dan pembaruan. Sistem nilai, ajaran, dan
prinsip-prinsip kristiani menjadi pegangan, landasan, acuan, dan arahan utama
dalam memilih pola komunikasi, termasuk skenario yang akan digelar.” Semua
karakter ini merupakan bagian yang perlu dihadirkan dalam kepemimpinan.
Untuk mewujudkan idealisme yang telah dikemukakan, tidak
berarti berjalan tanpa hambatan atau tanpa interupsi. Di sinilah diperlukan hikmat Allah dengan
mengintegrasi segala bentuk kecerdasan yang dibangun atas kepemimpinan Yesus
Kristus. Karakter dan gaya kepemimpinan
Yesus Kristus menjadi sumber inspirasi karena Ia menggunakan heart, head, dan hands untuk menggumuli perjumpaan kepemimpinan-Nya dengan dunia
nyata.
III. Bagaimanakah
Kepemimpinan Kristen itu Berproses?
Bila mempertanyakan apa dan bagaimanakah kepemimpinan Kristen
itu berproses, tentu tidak akan beranjak dari Alkitab itu sendiri. Alkitab adalah sumber utama – sumber
inspirasi – standar bagi berlangsungnya kepemimpinan. Tentu saja, tokoh sentral dan teladan bagi
kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan Yesus Kristus yang menyatukan segala
keperbedaan menjadi satu kesatuan yang kukuh dalam semangat kebersamaan.
Ketika kita mengkritisi secara jujur bahwa kepemimpinan yang
sering dipertontonkan oleh para pemimpin (yang notabene pemimpin Kristen)
tampaknya sangat jauh dari apa yang diharapkan – jauh dari apa yang diajarkan
oleh Tuhan Yesus yang berbasiskan pada kepemimpinan hamba (
servant leadership). Terasa
adanya diskontinuitas, diskoneksi antara teori pada level mimbar dan praktik
pada tataran lapangan. Hal ini merupakan
keprihatinan semua pihak. Pada sisi ini,
saya setuju dengan pernyataan Dr. Eka Darmaputera ketika melihat ulah banyak
pemimpin tetapi sesungguhnya tidak memimpin. Ia mengungkapkan
keprihatinannya secara terbuka dengan menyatakan, “Menatap itu semua, saya
meratap. Meratap, terutama karena yang
saya ratapi itu ternyata tidak meratap.
Seolah-olah, bagi mereka, apa yang mereka lakukan itu lumrah semata ...
Pendeta (sebagai pemimpin umat, pen.) memperdayai umat, penginjil sebagai duta
berdagang Injil.”
Kritikan pedas berbasis koreksi yang
dikemukakan oleh Dr. Eka, mengingatkan para pemimpin Kristen – kita semua –
betapa pentingnya menyadari diri sebagai pemimpin umat yang memiliki karakter
seperti karakter yang dibangun oleh Yesus Kristus. Ia meng-hamba bukan me-nuan (tuan)/meraja, Ia
melayani bukan dilayani, Ia membagi bukan dibagi, Ia memberi bukan diberi. Ini sesungguhnya sifat khas yang perlu disikapi
dan diejawantahkan ketika kepemimpinan itu berlangsung.
Konklusi
Kepemimpinan Kristen
berproses tidak terlepas dari kepemimpinan yang dibangun di dalam dan atas
dasar kepemimpinan Yesus Kristus. Alasan
utama adalah karena kepemimpinan Yesus Kristus adalah kepemimpinan yang mampu
menjawab kebutuhan konteks dan hal itu sangat relevan dengan kebutuhan di akhir
zaman ini. Banyak pemimpin tampil tanpa
memimpin. Banyak pemimpin bermunculan
tanpa menggunakan hati nurani dan akal budi yang sehat. Kadang di luar nalar/logika. Gaya kamuflase, penyamaran, dan berbagai
bentuk kekhasan kemunafikan ala orang Farisi pun semakin menunjukkan
tanda-tanda mengkuatirkan. Karena itu,
selamat menggumuli untuk menjadi pemimpin berkualitas yang mampu menghadirkan identitas
kehidupan Kristen yang original dalam pandangan Allah, hingga pada saatnya ada
pujian yang menyatakan, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaKu yang setia
...” (Lukas 19:17).