ROMANTIS SAMPAI AKHIR

oleh Nasokhili Giawa

Dari benih bertabur daging
Berkisah nikmat dalam sentosa
Bertumbuh mekar dalam lingkar waktu
Basah berkeringat menabur sorai menuai bahagia

Bau bunga melati, bau bunga mawar tercium mewangi sepanjang bersama
Sang pejuang bergandengan tangan, mesra bersiul santai ...  
Anak ingusan sedang bercanda, anak muda meniru teladan
Sang dewasa berlega ria memadukan nada

Di umur dulu saling berbagi, membiasa hingga di ujung
Sepanjang umur saling berbagi, bersantai ria dalam basah dan kering
Berjalan maju pantang mundur, bergegas meraih akhir
Melangkah tegap bernapas tanpa keluhan

Dari pagi hingga senja dan dari dulu hingga sekarang
Sang pejuang berenda isi menabur benih melahirkan keindahan
Menjala harga, menjala ceria, menjala nama dalam kebanggaan

Tanpa abai, tanpa lalai merangkai romantika hingga akhir meninggalkan warisan ...

SANG DEBU YANG BERHARGA

oleh Nasokhili Giawa


Dicipta dari Debu, dirangkai untuk hidup
Mempesona dalam keindahan menggelora dalam kemewahan
Dalam ruang tanpa ujung, dirancang bertujuan
Didesain istimewa dihadirkan dalam kebanggaan

Debu berbalik arah tertiup ringan dalam kegelapan
Menari dalam remang membahana dalam sosok kehampaan
Daya nalar terkuras habis linglung di dalam bingung
Mengembara dalam khayal mengharapkan jalan pintas

Kebebasan tak bersengat berlaga di medan sandiwara
Titik janji tergenapi dalam realita hidup baru
Itu bukan untung, itu bukan kebetulan, bukan juga tanpa alasan
Hadir karena Cinta, hadir karena belas kasihan

Sang Cinta tercabik, terkoyakkan di jalan derita
Membayar mahal dengan tunai, membayar lunas tanpa utang
Sang Cinta rela menyanyi dalam derita, menyanyi demi kekasih
Memberi tanpa meminta, memberi dalam ketulusan ...


MENGAPA EMOSIKU SALING BERTABRAKAN?

oleh Nasokhili Giawa

Jujur, kadang-kadang, aku tidak tahu siapa aku sebenarnya
Dalam diam aku memuji diri
Dalam diam aku pun menangisinya
Tak kuasa aku menahannya; hingga aku tidak mampu menghela nafas

Jujur, kadang-kadang, aku malu pada diriku
Kadang aku tertawa penuh tanya
Kadang aku bersandiwara tak berujung
Bergerak dalam desakan nurani ... bertabrakan dalam ambisi jiwa

Jujur, kadang-kadang, aku berpuas pada cermin
Kadang memandangnya penuh bangga; kadang bercampur sedih penuh rasa
Ternyata, nafsu inderaku mulai terganggu ...
Urat sarafku kusut menjuntai tak karuan ...

Lalu, aku mulai sadar dan meletakkan diriku dalam bingkai bermotif
Menundukkannya sampai landasan
Menertibkannya di Tiang Ukiran
Hingga emosiku berdamai dalam kelegaan ...