ARTI
KASIH MENURUT RASUL PAULUS
I
Korintus 1:1-13
oleh Nasokhili Giawa
Introduksi
Tepat hari ini dikenal
dengan hari kasih sayang (valentine’s day).
Hari kasih sayang dipahami dalam berbagai versi. Gereja Katolik umumnya
merayakannya tepat tanggal 14 Februari (Barat), sementara Gereja Ortodoks
merayakannya setiap tanggal 7 Juli (Timur). Kisahnya pun beragam. VD konon
berasal dari kisah hidup seorang Santo yang rela menyerahkan nyawanya demi
cinta. Dia disebut Santo Valentinus. Menurut mitos Santo Valentinus meninggal
pada tanggal 14 Februari. Perlu
diketahui bahwa VD telah diadopsi menjadi budaya bangsa dan budaya gereja. VD
merupakan hasil adopsi Lupercalian Festival (Dewa Lupercalia) yang dilakukana
oleh Paus Gelasius yang sebenarnya telah dihapus oleh gereja pada tahun 1960an.
Pengadopsian tradisi dan kepercayaan paganisme di Roma ini dilakukan oleh para
penginjil agar masyarakat kota tersebut mau menerima kekristenan. Usaha ini tidak sia-sia, terbuksi dengan
diterimanya Kristen sebagai agama resmi kekaisaran Romawi dalam masa kekaisaran
Konstantin. VD bukanlah ajaran Kristen
yang sesungguhnya (walaupun berbalutkan Kristen). VD sarat dengan nafsu, sarat
dengan kasih kamuflase/palsu, sarat kebohongan, sarat dengan lambang-lambang
sementara (coklat, bunga, dsb.). Alkitab memberi arti kasih secara lengkap
seperti yang dikemukakan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Apa arti
kasih menurut rasul Paulus?
I. Kasih harus didasarkan pada
ketulusan (ay. 1-7)
Bila kita membaca ayat 1-3, kita akan menemukan perbuatan kasih
yang tidak dibangun atas ketulusan. Ayat 1 menyatakan bahwa “sekalipun aku
dapat berkat-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat digambarkan
identik dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing”. Ayat 2
menyatakan, “sekalipun mempunyai karunia, berpengetahuan lebih (memahami
rahasia), beriman sempurna (memindahkan gunung) identik dengan orang tidak
berguna. Hal menarik pada ayat 3 dan mungkin kita salah prediksi dan
penafsirannya, yaitu membagi-bagikan segala sesuatu yang ada, menyerahkan tubuh
untuk dibakar, justru dikatakan sedikit pun tidak ada faedahnya. Lalu, apa yang
hendak disampaikan oleh rasul Paulus? Ternyata, kasih itu harus didasarkan pada
ketulusan. Bila melakukan sesuatu harus melakukan dengan ketulusan. [Tadi malam
ada info yang diposting oleh boksu Pangestu tentang Pak Ahok yang mengangkat
keranda mayat ibu angkatnya yang bernama Misribu]. Dalam tulisan itu sangat memuji tindakan Pak
Ahok dengan menyatakan, “Ahok, you are simply the best” dengan catatan tambahan
“Yang kayak gini, gak usah khotbah agama doang, tetapi tindakannya sudah
menunjukkan pribadinya”. Saya sangat memahami isi postingan itu, hanya saja
saya memberi ulasan “Kiranya Tuhan memberkati segala ketulusanmu dengan
limpah”. Btw, ini menjadi salah satu modal menuju 2017 yad”. Saudaraku ... kasih itu harus dibangun atas
ketulusan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus. Jangan merasa diri
berjasa besar. Kalau ada yang dikerjakan, kerjakanlah dengan setia. Kalau ada
yang dipersembahkan, persembahkanlah dengan tulus. Tidak boleh ada udang di
balik batu, dsb. Kriteria kasih yang tulus dikemukakan oleh rasul Paulus dengan
menyatakan kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri,
tidak sombong, harus sopan, tidak boleh egois, tidak pemarah, bukan pendendam
[hati-hati yang suka cerita kesalahan orang lain], tidak bersuka cita atas
ketidak-adilan, senang kebenaran, menutupi segala sesuatu yang dianggap tidak
bernilai, percaya dan berharap kepada Allah, dan menerima segala kondisi.
II. Kasih harus berkelanjutan
(ay. 8-13)
Ketika rasul Paulus membandingkan antara iman, pengharapan, dan
kasih, maka rasul Paulus menempatkan kasih sebagai yang paling besar. Paling
besar karena kasih itu tidak dapat dibendung oleh apa pun juga. Iman adalah karunia yang hanya sementara.
Pengharapan adalah karunia yang juga bersifat sementara. Namun, kasih bersifat
mengikat dan abadi. Itulah sebabnya, rasul Paulus menyatakan dalam ayat 8 bahwa
kasih itu tidak berkesudahan. Nubuat bisa berakhir, bahasa roh bisa berhenti,
pengetahuan yang spektakuler akan berhenti dan lenyap, tetapi kasih langgeng
untuk selamanya. Kasih itu harus
berkelanjutan. Ia tidak mengenal batas
akhir. Saudaraku, Alkitab menyatakan
bahwa hidup ini adalah sementara. Kita
tidak tahu kapan Tuhan menyatakan bahwa “haia, berhentilah anakku” (bagi yang
taat) ... atau berhentilah manusia jahanam (bagi yang tidak taat), namun, Tuhan
mengingatkan kita agar hidup dalam kasih yang berkelanjutan. [contoh: mati
sama-sama dalam ketuaan].
Konklusi
Arti kasih menurut rasul Paulus: Pertama, kasih harus didasarkan pada ketulusan; Kedua, kasih harus berkelanjutan.
Kiranya Tuhan Allah membantu kita agar mampu melakukan kebenaran ini dengan
setia. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar