GEREJA YANG PEDULI DAN BERBAGI

, , No Comments

GEREJA YANG PEDULI DAN BERBAGI

II Korintus 8:8-15

oleh Nasokhili Giawa

Introduksi

      Saya bersyukur kepada Tuhan karena ada kesempatan menyampaikan firman Allah dalam acara Ulang Tahun ke-66 PGI sebagai perwujudan kerja sama dan komunikasi nyata PGI dengan gereja-gereja di Indonesia terutama Gereja Kemah Injil Indonesia. PGI telah terlahir di bumi pertiwi, Indonesia pada tanggal 25 Mei 1950 (66 tahun yang lalu).  Patut kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah berkarya di tengah-tengah kehidupan bangsa dan negara teristimewa di tengah-tengah gereja di Indonesia.  Umur yang telah melebihi setengah abad membuktikan kematangan dan menandai kedewasaannya untuk berkiprah lebih di tengah-tengah gereja-gereja di Indonesia.  GKII lahir pada tahun 1928 (88 tahun yll) dan baru menjadi anggota PGI pada tahun 2006 (baru 10 thn) dengan nomor punggung 85. Lahir lama tetapi menjadi anggota PGI di kemudian hari. Tetapi, tidak mengapa, Alkitab menyatakan (Mat 19:30), yang terdahulu dapat menjadi yang terakhir dan yang terakhir bisa menjadi yang terdahulu.

      Pada kesempatan ini, selain bersyukur kepada Tuhan, kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PGI karena telah memberi kepercayaan kepada GKII sebagai tuan/nyonya rumah dalam rangka mensyukuri Ulang Tahun pelayanan PGI ke-66 Tahun 2016 ini. Kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih banyak. Momentum seperti ini sangat berharga dan tentu merupakan bagian dari pertanggungjawaban semangat ekumenis dalam konteks gereja-gereja di Indonesia. Saling mengenal, saling menyapa, saling berkunjung, saling berbagi, saling berbagi pandangan (bukan saling pandang-memandang); termasuk berbagi makanan merupakan dambaan kita bersama. Bila ketersalingan ini tercipta di tengah-tengah kita akan melahirkan kerukunan, kedamaian, kesejahteraan yang permanen. Inilah yang dikatakan oleh penulis Ibrani yang menyatakan “he filadelfia meneto” (peliharalah kasih persaudaraan). Meneto artinya tinggal tetap/permanen. Permanenkahlah kasih persaudaraan. Menurut pengamatan saya, inilah yang dicita-citakan oleh para pendiri PGI sejak awal.

      Merujuk pada tema Ultah PGI ke-66 Tahun 2016 ini yaitu “Gereja yang Peduli dan Berbagi” merupakan tema yang sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai Gereja (G) umat Allah maupun gereja (g) sebagai organisasi/persekutuan pada zaman ini. Perlu kita sadari bahwa kita sedang berada pada akhir zaman. Berbagai ancaman kita saksikan. Pemberontakan terjadi. Pembunuhan sadis terjadi. Pemerkosaan sadis mengemuka. Korupsi merajalela, narkoba menjadi trend. Tiada hari tanpa berita narkoba; berita sedih; berita pembunuhan, dst. Gereja dihadang oleh berbagai tantangan zaman ini. Gereja dihadang oleh egosentrik masing-masing. Gereja dihadang oleh urusan pribadi2. Gereja tampak absen menerjemahkan pesan-pesan Allah; pesan kebaikan dan kasih yang bersifat universal itu. Teori nomor satu, abai melakukannya. Karena itu, bagaimanakah tanda-tanda gereja yang peduli (cares) dan berbagi (sharing) ini?

I.    Gereja Yang Peduli dan Berbagi adalah Gereja yang Mengenal Visi dan Misi Yesus Kristus (ay. 8-9 bdk. ayat 3)

    Rasul Paulus dengan gamblang menjelaskan visi dan misi Yesus Kristus terhadap dunia ini.  Ia menegaskan dalam ayat 9 bahwa Ia yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.  Artinya, Yesus Kristus datang memperkaya kita dengan kepedulian-Nya. Yesus datang memperkaya kita dengan kebenaran-Nya. Yesus datang memperkaya kita dengan menunjuk jalan, kebenaran, dan hidup. Inilah yang menjadi alasan rasul Paulus ketika perjumpaannya dengan Kristus menyebabkan dia siap mempertaruhkan segalanya, termasuk mempertaruhkan nyawanya. Filipi 1:21 yang merupakan penegasan rasul Paulus sekaligus menjadi ayat favoritnya Pak Gubernur, Basuki Tjahaya Purnama bahwa bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Bahkan, konsep dan komitmennya terhadap misi itu sangat jelas yaitu “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil” (I Kor. 9:16). Ketika pengenalannya terhadap misi Yesus Kristus menjadi jelas, ia menganggap semua yang dimilikinya, semua kebanggaannya, semua ornamen2nya dianggap sebagai sampah (skubala).

      Saudaraku ... sejarah mencatat bahwa ebrio lahirnya DGD/PGI dimulai dari semangat bermisi (semangat zending, pekabaran Injil sedunia).  Jangan lupa itu.  Konferensi Zending tahun 1910 di Edinburgh dan Konferensi DGD pertama di Amsterdam 1948 menggarisbawahi tentang pentingnya gereja yang bersaksi.  Bersaksi tentang Yesus. Bersaksi tentang siapa Yesus. Bersaksi tentang bagaimana kasih dan kepedulian Yesus Kristus.

II.   Gereja yang Peduli dan Berbagi adalah Gereja yang Bertindak Aktif (ay. 10-15)

      Rasul Paulus menyaksikan bagaimana kepedulian jemaat-jemaat Makedonia. Mereka memberi bukan karena mereka kaya. Sebagian besar jemaat-jemaat di Makedonia berkekurangan walaupun ada juga yang memiliki kemampuan lebih. Itu yang disaksikan dalam pada ayat 2. Rasul Paulus mencatat bahwa sekalipun mereka dalam penderitaan yang berat, akan tetapi mereka kaya dalam kemurahan (Bdk. Orang Samaria yang murah hati di dalam Lukas 10; berbelaskasihan). Bahkan pemberian mereka melampaui kemampuan mereka. Kata melampaui dalam bahasa asli, Yunani disebut huper = di atas, beyond, over; berbeda dengan kata “epi” dalam posisi preposisi/kata depan). Kata ini menegaskan bahwa pemberian mereka melampui logika manusia. Jauh di atas rata-rata (ingat cara memberi orang). Inilah yang disampaikan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Korintus bahwa ketika kita membantu pekerjaan Tuhan, membantulah tanpa menghitung untung-rugi. Jangan melibatkan teori pertukaran sosial (social exchange theory) yang menyatakan bahwa perilaku memberi ditentukan oleh sejauhmana keuntungan yang didapatkan melebihi kapasitas memberi.

      Saudaraku ... Saya menggarisbawahi beberapa hal bahwa gereja yang peduli dan berbagi adalah gereja yang bertindak. Bertindak memberi. Gereja yang peduli dan berbagi adalah gereja yang menyadari fungsi dan tanggung jawabnya sebagai gereja.  Sebaliknya, gereja yang tidak peduli dan tidak berbagi adalah gereja yang mati. Mati dalam keengganan (mati tidak mati, hidup tidak hidup, Yohanes menyebutnya suam-suam kuku).  Zaman terus berubah dan sudah menunjukkan tanda-tanda keganasannya; menghajar tanpa peduli.  Sikap keegoisan mengemuka. Sangat jauh dari semangat kehidupan gereja mula-mula. Ada gap, ada kotak-kotak yang membuat mata kita tertutup dan gelap. Sikap eksklusivitas pun menjadi jargon merusak relasi. Menutup akses untuk melihat dunia. Teknologi menjadi andalan. Semangat kebersamaan mulai menipis; menghajar tanpa belas kasihan. Dalam kerumitan dan kendala seperti ini, firman Tuhan mengingatkan kita untuk peduli dan berbagi. Misi Yesus Kristus sangat jelas bahwa Ia peduli dengan orang-orang teraniaya, peduli dengan orang-orang terpinggirkan, peduli dengan kemiskinan, peduli dengan kelaparan dan kekuatiran para murid, peduli dengan Bartimeus yang buta (Markus 10), peduli dengan orang lumpuh yang digotong oleh 4 orang yang dikisahkan dalam Markus 2, Ia peduli dengan perempuan sundal, Ia peduli dengan acara pernikahan di Kana (Yohanes 2). Ia peduli dengan anak2, Ia peduli dengan kegalauan kita saat ini. Salah satu lagu rohani terfavorit yang dikarang oleh Ir. Djohan Handojo “Kumau seperti-Mu Yesus” – Bagaikan bejana. Lagu itu bagus tetapi perlu dikritisi. Mau seperti apa? Tirulah dan lakukanlah!

Konklusi

      Bagaimanakah gereja yang peduli dan berbagi itu? Pertama, gereja yang peduli dan berbagi adalah gereja yang mengenal misi Yesus Kristus; Kedua, gereja yang peduli dan berbagi adalah gereja yang bertindak. Bertindak sekarang; bertindak riil; bertindak sesuai dengan rambu-rambu kebenaran Allah. Apa dan bagaimana pun jabatan kita; kita semua adalah Gereja (umat Allah) yang telah terhimpun dalam wadah PGI, marilah kita bertindak untuk kemaslahatan bangsa dan negara dan gereja-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar